Thursday, July 18, 2013

BIJAK MENYIKAPI HARTA, ISTIQOMAH SOLUSI SAAT TIADA...

Ali bin Hasan ra, pada suatu hari menjenguk Muhammad bin Usamah bin Zaid yang sedang sakit di rumahnya. Muhammad bin Usamah menangis ketika melihat kedatangan Ali bin Hasan.”Mengapa engkau menangis saudaraku ? tanya Ali. ”Aku ini mempunyai hutang, yang belum dapat aku lunasi.” Berapa banyak hutangmu itu ?” Ali bertanya lagi. ”Semua ada lima belas ribu dinar.” Dengan penuh kasih sayang kepada orang ini, Ali bin Hasan mengatakan kepadanya: ” Hutangmu akan aku lunasi seluruhnya.”

Sahabat Rasulullah , Salman Al – Farisy berkata : ”Apabila seorang dermawan meninggal dunia, maka penjaga bumi berkata: ” Lepaskan urusan dunia ini dari hamba- Mu yang dermawan ini. Apabila yang meninggal itu orang bakhil ,maka bumi berkata : ” Ya Rabbi, halangi orang ini memasuki surga, sebagaimana ia telah menghalangi memberi apa yang ada di tangannya dari perkara dunianya.”

Bagaimana sikap kita terhadap harta ? , orang kaya hendaklah bersifat aushath (pertengahan) dan orang miskin hendaklah bersifat qana’ah (menerima) apa yang telah ada padanya dan mencukupkan dengan apa yang ada.

Dengan harta orang beriman mampu memposisikan dirinya ,keluarganya dan orang lain, maka itulah harta yang diridhoi Allah. Si kaya mestinya dapat menempatkan dirinya dan keluarganya dengan tidak melupakan agamanya. Dengan hartanya ia membangun akhirat dan menempatkan dirinya ke dalam surga jannatun na’im. ”Bahwa harta dunia adalah barang titipan tidak kekal, kelak suatu saat harta meninggalkan kita tidak perlu terlalu resah.

Tapi hendaknya mencari harta itu perlu dan bermohon kepada Allah soal perkara harta diperkenankan. ”Allah Tabaraka Wa Ta’ala turun ke langit dunia pada setiap malam, yaitu pada sepertiga malam.Ia berfirman : Siapa yang memohon kepada- Ku pasti Aku akan kabulkan permohonannya. Yang meminta kepada Ku pasti akan Aku perkenankannya.Yang memohon ampun kepada-Ku niscaya Aku akan mengampuninya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

”Sikap resah akibat ditinggalkan harta adalah wajar yang terpenting adalah bagaimana memposisikan harta dunia dengan agama, jangan kita melupakan salah satunya sehingga Allah SWT kemudian akan mengingatkan kita. Sikap menyayangi sesama adalah sebagi perwujudan dari do’a, agar Allah SWT selalu menyayangi kita dengan hamparan ridho- Nya. ”

No comments:

Post a Comment